Tangismu malam ini..yg kau ungkap lewat telpon di kejauhan sana.., begitu menyiksa bathinku..
tawamu dan kelakarmu hilang..seperti apa yg ku dapat slama ini..,
“Pulanglah.. lihatlah aku terakhir kali..,”katamu..
“Datanglah.. berikan aku restumu..” itu pintamu..
Tak banyak kata yg mampu ku ucapkan tangiskupun tenggelam dan menyatu dgn tangisanmu..

“Jangan benci aku karna mereka.., jangan hukum aku karna salah mereka..,
aku ingin kau ada di sini.. itu katamu penuh harap..
Datanglah.. datanglah utk hari bahagiaku..”

Hingga di akhir ku tutup telpon tangismu terus mengiang ditelinga..

Malam ini disini.. dikesendirianku pada tepian malam..
Ingin ku hasratkan betapa aku rindu padamu, betapa aku ingin bersamamu..
ingin melihatmu duduk dipelaminan, bersanding dengan cintamu. Tapi aku tak mampu utk itu..
Tidak.., aku tidak marah ataupun benci padamu, juga tdk pada mereka..
Luka yg tergores biarlah kubawa, hati yg perih biarlah tetap jadi pengawal perjalananku..

Adikku..,
mereka tetap orang tua kita, ayahanda dan ibunda yg telah melahirkan aku ke dunia..,
dalam khusukku tiada pernah terhenti doa utk mereka,
dalam tawaku slalu ada air mata mrindukan mereka
orang tua kita.., ayahanda dan ibunda yg tercinta..
Aku ikhlas ketika aku harus tinggalkan semua..,
meski kulihat bnyak tangis mengiringi kepergianku..,
meski ku dengar raungan tak relamu..
saat itu.., kau masih terlalu kecil utk bisa mengerti.

Aku tidak musuhan dengan ayahanda maupun ibunda adikku… tapi memang dalam hidup ini ada banyak perbedaan yang harus diselaraskan.. dan kita butuh waktu untuk dapat melakukan penyesuaian. Demi Allah, aku ikhlas menerima semua…, tanpa amarah… juga tanpa dendam, sekalipun itu sudah tak mungkin dapat menghidupkan yang sudah mati.

Adikku.., tak ada yg lebih mengembirakan bagi seorang abang pengelana seperti aku, slain melihat kebahagiaan adiknya sendiri..Β  Ah.., adikku kecilku ternyata kini tlah dewasa, telahpun menemukan tautan hatinya yang kan menjadi imam dalam hidupnya. Tapi bagiku, kau tetap adik kecilku yang tentunya paling kusayangi.
Betapa aku menyesal tlh menghilangkan kesempatan utk dpt melihat pernikahanmu yg mungkin hanya ada skali dalam sejarah kehidupanmu.
Apa kamu pikir aku tidak kecewa..? Apa kamu pikir aku tidak sangat menyesal dgn semua itu..?

Adikku..,
hidup adalah teka teki, dan aku sedang menjalani salah satu dari teka-teki itu, dan biarkan waktu yang akan memberi jawabannya.
Adikku.., di penghujung malam..saat batas malam menjamah fajar.. ku tulis puisi utk hari bahagiamu dan berharap suatu saat kamu dapat melihat dan membacanya.

Ada hati yang teringat dalam janji cinta kepada Allah..
untuk slalu mengabdi dan menghiasi akhlaknya..
hati yang sepakat untuk saling tulus mencintai..
mendukung dan memelihara..
hati yang tak rela pada hadirnya amarah..
sebab tak hendak padamkan sinar kasih..
dari mata yang senantiasa memancarkan..
cahaya keikhlasan..

Selamat menempuh hidup baru adikku.., semoga kau bahagia slalu bersamanya.. Restu dan doa suciku kan snantiasa menyertai perjalanan kamu berdua. Maafkan aku yang tak bisa menjadi abang terbaik buatmu. Tapi kamu harus percaya, aku sangat menyayangimu. Tetaplah tertawa bahagia disana, walau disini aku harus menangis.